‘Nyata’ dan ‘Maya’ Bersatu dalan Tari “SIMULAKRA”

Lora dan Mugi saat persiapan pementasan melalui video teleholografis. Foto : Istimewa
Lora dan Mugi saat persiapan pementasan melalui video teleholografis. Foto : Istimewa
Lora dan Mugi saat persiapan pementasan melalui video teleholografis. Foto : Istimewa

Penggabungan sebuah karya tari dengan teknologi bukanlah sebuah hal baru. Tapi siapa yang menyangka karya tari yang digabungkan dengan teknologi membuat sebuah karya tari yang di koreografikan dengan jarak jauh bisa ditampilkan dalam suatu panggung pertunjukan secara live. Karya tari inilah yang diciptakan oleh seniman tari Martinus Miroto yang berkalobarsi dengan dosen ISI Padangpanjang Susasrita Loravianti dan juga seniman tari asal Bali dan Solo.

Karya tari dengan judul “SIMULAKRA” ini adalah sebuah karya tari yang pada dasarnya mengaplikasikan sistem telepresensi video call Skype dan teknik holographic papper’s ghost untuk menghadirkan subjek yang berada di tempat berbeda dan berjauhan, ke dalam satu lokasi yang sama. Ide pertunjukan ini menurut Miroto berasal dari fenomena era digital, dimana hampir setiap orang berinteraksi dengan orang lain melalui dunia maya seperti facebook dan skype. Ada pengalaman ada dan tiada, nyata dan maya.

Pertunjukan ini terbagi ke dalam 12 segmen, Bali (4 segmen), (Padang Panjang 3 segmen), dan Sleman (5 segmen). Karya ini melibatkan beberapa penari antara lain, Miroto, Mugiyono Kasido, Mila Rosinta, Rio Mefri, dan Susasrita Loravianti. Didukung musik bernuansa elektronik yang dipersembahkan oleh Widi Grup yang berasal dari Yogyakarta, alunan musik minangkabau dari ISI Padangpanjang.

Disebutkan oleh Susasrita Loravianti bahwa penciptaan karya tari seperti ini adalah suatu penemuan baru dalam berkarya seni khususnya tari. “Kita bisa menciptakan karya tari tanpa harus bertemu langsung dalam panggung. Dengan menggunakan teknik ini jarak bukan lagi menjadi sebuah masalah dalam menciptakan sebuah tari. Dengan adanya karya tari ini tentu civitas akademika ISI Padangpanjang dapat melihat dan mempelajari teknik seperti ini sebagai metode baru dalam berkesenian” sebutnya.

Ditambahkan juga oleh Ilham Sugesti, S.Kom, M.Kom bahwa dari segi teknologi kolaborasi ini tidak membutuhkan resources IT yang tinggi, hanya membutuhkan bandwitdh yang 4-5 Mpbs dan sebuah kamera HD. Dijelaskan juga bahwa metoda ini sebenarnya sudah ada sejak lama yang disebut dengan augmented reality atau realitas bertambah, hanya saja jarang digunakan pada dunia seni pertunjukan.

“Banyak hal yang dapat dikembangkan dalam dunia seni baik seni pertunjukan maupun seni rupa dengan menggunakan IT sebagai media, apalagi ISI Padangpanjang memiliki sumberdaya IT yang sangat baik, tinggal bagaimana peran para seniman di ISI Padangpanjang memanfaatkan IT sebagai salah satu media untuk menciptakan karya-karya yang baru, secara langsung ICT ISI Padangpanjang memberikan dukungan penuh pada sisi IT”. Tambah Ilham.

Karya tari ini akan di pertunjukan di Auditorium Gallery Indonesia Kaya (GIK) pada tanggal 18-19 April 2015. Selain di GIK, Penampilannya juga akan disiarkan melalui video streming pada website GIK. Untuk yang ingin menyaksikan salah satu proses dan komparasi terhadap hasil dari pertunjukan juga dapat menyaksikan di Gedung Auditorium ISI Padangpanjang pada tanggal 19 April 2015.

(Andri Maijar)

Pos terkait