Studi kelayakan kereta super cepat Shinkansen mulai dilakukan oleh tim dari Indonesia dan Jepang. Di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Menteri PPN/Bappenas Bidang Sarana dan Prasarana. Hari ini, 28 Januari 2014, rombongan tim dari Jepang dan Indonesia telah melakukan rapat pertamanya.
Dilansir dari viva.co.id, Deputi Menteri PPN/Bappenas Bidang Sarana dan Prasarana, Dedy S Priatna memaparkan, studi kelayakan kereta dengan kecepatan 300 km per jam itu dibiayai hibah Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar US$15 juta.
Anggaran tersebut untuk membiayai studi kelayakan jalur Jakarta-Bandung yang dilakukan selama dua tahun ke depan.
Tahap persiapan terdiri atas dua tahapan yakni, Stage I namanya basic design mulai hari ini sampai April, detil kalkulasi ada stage 2 dari April 2014 hingga Desember 2015
Nantinya, kereta peluru ini akan menjelajahi Jakarta hingga Surabaya. Namun, pada tahun 2020 diperkirakan baru akan selesai jalur Jakarta-Bandung dengan biaya sebesar Rp56 triliun.
“Jakarta-Bandung sekitar 160 km. Nanti ditambah ke Surabaya menjadi 860 km tinggal kaliin saja berapa biayanya. Berarti lima kali lipat sama saja Rp250 triliun kira-kira kalau sampai ke Surabaya,” tambahnya.
Alasan pemerintah adobsi kereta teknologi tinggi ini karena memiliki reputasi yang baik di dunia. Selain itu resiko keterlambatan maksimal 1 menit.
Akankah, kebijakan ini dapat diteruskan di Pulau Sumatera khususnya Sumatera Barat. Jika realisasi proyek ini dapat berjalan baik bukan tidak mungkin warga Kota Padang juga akan menikmatinya. (viva)