Turbulensi Terjadi di Kabinet Kerja Jokowi-JK

Presiden, Joko Widodo dan Wakil Presiden, Jusuf Kalla periode 2014-2019. Foto : Indopos
Presiden, Joko Widodo dan Wakil Presiden, Jusuf Kalla periode 2014-2019. Foto : Indopos
Presiden, Joko Widodo dan Wakil Presiden, Jusuf Kalla periode 2014-2019. Foto : Indopos

Para pejabat dan menteri pada pemerintahan sepertinya terjadi turbulensi kuat dan berjalan masing-masing tanpa ada yang mengkomando seperti yang dipaparkan oleh beberapa pengamat.

Nampaknya sebagai pembantu presiden, para pejabat dan menteri di kabinet kerja Jokowi-JK selalu silang pendapat serta tidak ada semangat menyamakan pendapat. Seperti contohnya, Seskab Andi Widjojanto yang silang pendapat dengan Menkeu Bambang Brodjonegoro soal utamg Indonesia ke IMF.

Silang pendapat kedua pembantu Presiden Joko Widodo ini soal koreksi mantan Presiden SBY soal pernyataan Jokowi terkait utang IMF.

Menurut Andi tak ada yang salah dengan pernyataan Jokowi yang disampaikan dalam forum internasional Konferensi Asia Afrika beberapa waktu lalu itu.

Andi menjelaskan, pada 2006, Indonesia memang tidak memiliki utang ke IMF. Namun, pada 2009 negara melalui Bank Indonesia kembali berutang sebesar 3,093 miliar dolar AS pada lembaga keuangan internasional itu. Dan saat ini Indonesia masih memiliki utang 2,79 miliar dolar AS pada IMF.

Angka itu menurut Andi berdasarkan data statistik utang luar negeri Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan. Bahkan kata Andi, pemerintah selalu menganggarkan dalam APBN untuk melunasi utang ke IMF tersebut.

“Pemerintah berkomitmen untuk segera melunasi utang itu dengan selalu menganggarkan pembayaran utang dalam APBN,” ujar Andi.

Kemudian hal itu dibantah oleh Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, seperti dikutip beberapa waktu lalu, Menkeu cenderung sependapat dengan SBY bahwa Indonesia sudah tidak memiliki utang lagi ke IMF.

“Adapun dana yang ada di Bank Indonesia yang dikatakan sebagai utang oleh Andi itu hanyalah standby loan yang biasa diberikan dalam konteks balance of payment support,” ujarnya.

Standby loan itu harus dibayar jika digunakan. Tapi jika tidak digunakan, pemerintah Indonesia tidak harus membayar alias dana itu tetap seperti itu, standby. Sampai saat ini dana yang disebut utang IMF itu belum pernah dipakai.

Seperti diketahui, SBY melalui akun twitternya @SBYudhoyono memang mengoreksi pernyataan Jokowi yang pada intinya menyebut Indonesia masih pinjam uang ke IMF dan hal tersebut berarti Indonesia masih punya utang pada IMF.

“Pak Jokowi mengatakan yg intinya Indonesia masih pinjam uang ke IMF. Berarti kita dianggap masih punya utang kepada IMF,” cuit SBY.

Ia menegaskan pernyataan Jokowi itu salah. Indonesia sudah melunasi semua utang kepada IMF sebesar 9,1 miliar dollar AS pada 2006. Bahkan pada 2012, IMF meminta Indonesia menaruh dana di lembaga itu untuk membantu negara-negara yang mengalami krisis.

“Pd kunjungan pemimpin IMF th 2012, kita diminta utk menaruh dana di IMF, utk bantu negara yg alami krisis. Tangan kita berada di atas” katanya.

SBY merasa penting mengoreksi pernyataan Jokowi soal utang dan hubungan Indonesia dengan IMF.

“Jika pernyataan Presiden Jokowi tsb tidak saya koreksi, rakyat bisa menuduh saya yg berbohong. Kebenaran bagi saya mutlak,” tuturnya.

Pos terkait