Jokowi “Nyapres” Empat Tokoh Ini Berubah Benci

Presiden Republika Indonesia, Joko Widodo.
Presiden Republika Indonesia, Joko Widodo.

Keputusan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi ) mencalonkan diri sebagai capres dari PDIP menuai banyak kritik. Mulai dari elit politik sampai masyarakat kelas bawah merasa dikhianati oleh mantan wali kota Surakarta ini.

Bagi lawan politik, pencapresan Jokowi bagaikan badai besar yang akan menghalangi jalan mereka. Sehingga banyak para elit yang semula mendukung apapun langkah sang gubernur, kini berbalik melawan Jokowi . Siapa saja mereka?, berikut 4 tokoh yang berubah benci, setelah Jokowi setelah nyapres.

1. Prabowo Subianto

Prabowo disebut orang yang membela mati-matian pasangan Jokowi-Ahok pada pemilihan gubernur beberapa waktu lalu. Selama pasangan duet ini menjabat, Prabowo selalu menyanjung apapun langkah yang diambil Pemprov. Salah satunya tentang ide pemerintah mobil murah yang saat itu Jokowi bertentangan dengan pemerintah pusat.

“Lebih baik perbanyak Mass Rapid Transit (MRT), kereta api dan transportasi masal yang murah,” ujar mantan Danjen Kopassus itu.

Namun sikap ini berubah total saat Jokowi mencalonkan diri menjadi calon presiden. Jokowi mendadak menjadi pesaing terberat Prabowo, seketika saja kritik Parbowo datang kepada Jokowi bertubi-tubi, termasuk cemoohan tentang presiden boneka.

“Kalian mau dipimpin boneka-boneka? Mau punya presiden boneka?” teriak Prabowo di Gelora Bung Karno, Minggu (23/3).
?
Prabowo tak menyebut secara langsung. Tapi banyak yang menduga kalau capres boneka yang disindir Prabowo adalah Joko Widodo yang maju diusung PDI Perjuangan. Prabowo memang kecewa berat karena menilai PDI Perjuangan tak menepati perjanjian Batu Tulis.

2.Nachrowi Ramli
Meski pernah menjadi pesaing Jokowi di pemilihan gubernur lalu, sikap Nachrowi Ramli atau Nara ini melunak setelah Jokowi menjalankan tugasnya sebagai gubernur. Apalagi sebagai Ketua Badan Musyawarah Betawi, langkah-langkah Nachrowi kerap didukung Jokowi. “Ini kehormatan bagi Betawi dan terima kasih kita kepada Pak Gubernur,” kata Nachrowi Ramli yang juga pengurus Partai Demokrat itu.

Namun sikap ini kembali mengeras saat Jokowi mendeklarasikan diri sebagai capres PDIP.? Pasalnya, Jokowi telah berjanji untuk memimpin Jakarta selama lima tahun pada saat pengambilan sumpah jabatan tahun 2012 lalu. Namun, menurut dia, Jokowi telah berdusta kepada Tuhan YME untuk memimpin Jakarta selama lima tahun. Lantaran, sumpah yang diambil Jokowi tersebut berdasarkan kitab suci yang dianutnya.

“Kalau saya sudah sumpah, demi Allah itu kan berjanji sama Tuhan, janjinya seperti apa,” ujar dia di Lapangan Blok S, Jakarta Selatan, Minggu (30/3).

Dia menegaskan pendustaan janji yang telah diucapkan Jokowi tersebut akan berimbas kepada masyarakat Jakarta.

3.Ridwan Saidi
Merdeka.com – Beda cerita dengan budayawan asal Betawi ini. Ridwan Saidi semula mendukung Jokowi-Ahok juga karena memajukan banyak kebudayaan Betawi. Dia menilai belum saatnya Gubernur DKI Joko Widodo maju menjadi calon presiden di 2014. Jokowi diminta lebih fokus bekerja karena sejumlah penyakit kronis Ibu Kota belum diselesaikan.

“Jadi gubernur kagak bakal sampai dua tahun. MRT (mass rapid transit) bakal acak-acakan, Waduk Pluit acak-acakan. Enggak ada perbaikan dari dia, makin hancur di tangan dia,” tegas Ridwan di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat, (6/13).

Ridwan melihat kinerja Jokowi – Ahok lebih berantakan dibandingkan zaman Foke. Menurutnya, kondisi Jakarta semakin parah dalam sejarah Indonesia.

4. AM Fatwa

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Andi Mapetahang Fatwa menilai gaya kepemimpinan Jokowi yang merakyat dan mengedepankan komunikasi cocok dengan warga DKI. Gaya Jokowi dinilai hampir sama dengan sikap mantan gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

“Saya percaya karena dia sudah lakukan di Solo, bukan saat kampanye saja masuk gang, saat menjabat tetap masuk gang, itu juga dilakukan Ali Sadikin,” kata AM Fatwa di komplek parlemen, Senayan Jakarta, Jumat (21/9).

Namun setelah Jokowi maju menjadi capres, AM Fatwa merasa kecewa. Bahkan dia sampaikan kekecewaannya lewat sepucuk surat.

“Surat itu bentuk kritik sekaligus cinta saya kepada dia. Tapi ada hal yang tidak konsekuen, maka saya kritik,” kata A.M. Fatwa seperti dilansir Antara.

Dalam surat terbukanya, A.M. Fatwa mengkritik keputusan penetapan Jokowi sebagai calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ) karena mengingkari janji kampanye politik Gubernur DKI Jakarta pada 2012.

“Saya menyayangkan Gubernur Jokowi telah mengambil langkah politik yang berbeda dengan janji politiknya semasa kampanye ‘akan memimpin Jakarta selama lima tahun’,” katanya.

(Merdeka.com)

Pos terkait