Adu Opini Pilkada Padang Rambah Sosial Media

Alat peraga sosialiasi Pilkada Padang putaran kedua. FOTO/HUDA PUTRA
Ilustras. Pilkada. Foto : Istimewa
Alat peraga sosialiasi Pilkada Padang putaran kedua. FOTO/HUDA PUTRA
Ilustrasi. Pilkada. Foto : Istimewa

Adu atau perang opini antar para Bakal Calon (Balon) Walikota Padang mulai meningkat dalam beberapa bulan belakangan. Saling adu argumen paling banyak terlihat pada dua wadah yang ada seperti sosial media dan pemberitaan.

Menurut Pengamat Politik Universitas Andalas, Edi Indrizal menyebutkan, diakui memang seiring perkembangan waktu beberapa tahun terakhir, penggunaan sosial media untuk membangun opini semakin meluas.

Bacaan Lainnya

“Kita lihat memang perkembangan teknologi, terutama sosial media menjadi wadah untuk hal membangun maupun perang opini. Tidak hanya di Kota Padang maupun Sumatera Barat, tapi sudah menyeluruh diseluruh nusantara,” kata Edi Indrizal di Padang, Senin (21/8/2017).

Ia sendiri berpesan agar masyarakat tidak langsung percaya dengan informasi yang disuguhkan, sebelum melihat data objektif.

“Maka terpenting setiap orang yang membaca atau menyaksikan untuk mudah terpengaruh hoax ataupun fitnah. Apalagi memperhatikan porsinya sering lebih banyak yang tidak berbasis data objektif atau kurang jelas sumber datanya,” jelas Edi.

Menurutnya, walau menjadi wadah membangun opini bagi pihak yang berkepentingan, disisi lain, hal ini bisa membuat masyarakat lebih cerdas dalam menanggapi informasi.

“Masyarakat akan lebih cerdas dalam memilah informasi. Caranya pun cukup mudah, tinggal mencocokkan dengan informasi lainnya, pemberitaan mungkin, dan sebagainya yang berhubungan dengan informasi yang diterima,” katanya.

Selain itu, apakah perang opini akan mempengaruhi hasil perolehan masing-masing calon nantinya, disebut Edi tidak akan signifikan.

“Tidak akan signifikan, apalagi pemilih umumnya semakin cerdas, pemilih kota lebih cerdas, terkhusus pemiluh Kota Padang ini lebih khas,” sebut Edi.

Pemilih Kota Padang lebih ‘khas’ bukan tanpa sebab. Hal ini, dikatakan Edi, melihat selama Pilkada langsung, angka Golongan Putih (Golput) selalu relatif lebih tinggi. “Bahkan, lebih besar DPRD perolehan suara pemenang Pilkadanya,” pungkasnya.

Pos terkait